insecure menjadi bersyukur (cerita mini)

 Assalamualaikum...

Hallo selamat malam kawan😇

"Tuhan menciptakan manusia beragam. Ada kekurangan,juga kelebihan, dan semua sama di hadapan-Nya. Hingga terkadang muncul perasaan minder, takut, dan insecure dengan sesamanya. Ya normal saja jika seperti itu, namun bukan berarti lalu menjadikan kekurangan adalah suatu kelemahan."

Pada initnya....baca saja tulisan saya, hehe....



Perkenalkan namanya Anesta. Ya, seorang gadis belia dengan nama lengkap Anesta Putri Hapsari. Anak terakhir dari keluarga sederhana yang bahagia. Baginya tak ada hal yang lebih indah selain saat bersama keluarga.

Nduk, nanti antarkan Ibu ke makam  ya? Udah lama ndak ke sana, sekalian mau ngebersihin rerumputan di sekitar makam embahmu

Ibu Anesta sering meminta tolong anak bungsunya yang sudah menginjak usia dewasa itu untuk mengantarkan kemana saja beliau mau, maklum lah, anak anaknya yang lain sudah berkeluarga dan tinggal di rumah berbeda,  hanya Anesta yang masih ikut orang tuanya.

            Menjadi anak terakhir serasa anak tunggal, dimanja,dan sangat dekat dengan orang tuanya, mungkin karena masih tinggal satu rumah. Menurutnya menjadi dewasa bukanlah hal mudah, ketika harus bisa menyelesaikan masalah sendiri, mengambil keputusan yang tegas untuk menentukan masa depannya, memilih pasangan hidup, dan tentunya membahagiakan kedua orang tuanya.

            Memiliki paras biasa saja dan beberapa skill di bidang sastra, musik, maupun olahraga tidak membuatnya besar kepala, namun malah membuatnya semakin rendah hati dan welcome. Baginya masa SMA adalah pengalaman serta pembelajaran yang bersejarah.

“Ta, coba deh lo ikutan kompetisi ini, siapa tau menang. Kan nggak ada salahnya nyoba.”, pinta Pipit, sahabat Anesta,sambil ngasih brosurnya.

“Iya, Pit.  Tapi udah lama nggak latihan, apa mungkin gue bisa? Lagian juga keluarga gue pasti nggak ngrespon, hm...”

“Udah, yakin aja. Gue bakal slalu di belakang lo.Yang penting mau nyoba dulu, kan masih sekitar dua minggu lagi, masih ada waktu cukup buat nostalgia sama kemampuan lo, dan buktiin ke mereka kalo lo  itu bisa. Hehe...”

Cukup mendapat support dari sahabatnya membuat Anesta semangat. Namun keluarganya kurang mendukung terhadap kemampuan Anesta, bahkan meremehkan karena dianggap kemenangnnya lomba bulutangkis dulu waktu sekolah dasar hanya kebetulan saja, tak sebanding dengan kemampuan yang sebenarnya.

            Semua tak membuat Anesta menyerah, berkat kegigihan, kesungguhan dan doanya, alhasil Anesta bisa menjadi juara pertama membawa bangga nama sekolahnya dalam perlombaan tingkat kabupaten dan maju untuk mewakili tingkat provinsi. Saat itulah Anesta mampu membuktikan kepada keluarganya bahwa dia bisa, dan kemampuannya layak dihargai.  

            Dari pengalaman yang mampu membuat Anesta bangkit kembali adalah langkah awal untuk merangkai sejuta mimpi. Kini Anesta sudah mempunyai banyak penghargaan atas prestasinya di bidang olahraga dan menjdi salah satu pelatih bulutangkis di kotanya.

Komentar